Sejarah Desa

Sejarah Desa

Desa Kecepak dilintas sejarah di Era Mataram Islam dalam kepemimpinan Kanjeng Sultan Agung Hanyepro Kusumo yang berkuasa pada Tahun 1613-1645 berpusat Pemerintahan di kota Gedhe Yogyakarta yang tercatat menguasai sebagian wilayah Bumi Nusantara dan khususnya Pulau Jawa, bagian tengah secara menyeluruh, bagian Barat secara utur dan sebagian besar hampir menguasai Jawa bagian timur dengan tampal batas lumajang. 

Dibawah panji-panji kekuasaan Mataram Islam mencangkup wilayah Jawa bagian tengah yang secara sistematis Kabupaten Batang masuk dalam Administratif kewilayahan Mataram Islam. Sehingga secara sistematis Desa Kecepak masuk kedalam wilayah kerajaan Mataram Islam yang berkuasa pada tahun 1613-1645 dan adanya sungai Keramat menjadi saksi sejarah adanya Desa Kecepak sebagai tempat pengairan aliran air kelahan persawahan, dimana waktu itu Kabupaten Batang menjadi lumbung padinya kerajaan Mataram. Tentu keberadaan Desa Kecepak menjadi sangat penting dalam sejarah.

Desa Kecepak dikatakan telah berdiri sejak masa penjajahan Belanda. Pada saat itu, pemerintahan desa dipimpin oleh Bapak Karimun. Setelah beliau meninggal dunia, posisi kepala desa digantikan oleh Bapak Sa’al, lalu dilanjutkan oleh Bapak Taryo. Selama periode beliau, pembangunan di desa Kecepak belum terlihat. Pembangunan desa yang mulai tampak adalah pada saat dipimpin oleh Bapak Slamet Wahidin. Dimasanya, pemerintah Kabupaten mulai memberikan perhatian terhadap perkembangan desa dengan membuat jalan-jalan desa dan masuknya aliran listrik.

Setelah Bapak Slamet pension, masyarakat desa mengadakan pemilihan kepala desa baru dan yang terpilih adalah Bapak Kamit. Pada masa kepemimpinan beliau, infrastruktur desa Kecepak menjadi lebih baik dengan diadakan pengaspalan jalan yang dibantu oleh ABRI dan juga pembangunan jembatan sasak dengan bantuan tim KKN dari Universitas Diponegoro Semarang serta swadaya masyarakat desa. Jembatan sasak tersebut menghubungkan antara Desa Kecepak dengan Kelurahan Proyonanggan Tengah (kini menjadi Kelurahan Proyonanggan Selatan). Kemudian, pada tahun 1996 dibangun sebuah jembatan gantung besi untuk menggantikan peran jembatan sasak.

Sebelum masa jabatannya sebagai kades berakhir, Bapak Kamit meninggal dunia. Lalu warga sepakat mengadakan Pilkades kembali dan hasilnya yaitu terpilihnya Bapak Rasulan di tahun 1998. Pada tahun 2004, Bupati Batang saat itu, Bambang Bintoro menjanjikan kepada warga terkait pembangunan jembatan beton permanen sebagai penghubung Kecepak dan Proyonanggan Selatan. Akhirnya, pengerjaan pembangunan jembatan besar tersebut mulai dilaksanakan pada tahun 2005 dan selesai di akhir tahun 2007.

Pemilihan Kepala Desa kembali dilakukan di tahun 2007 dan yang terpilih adalah Bapak Darmono. Hingga akhir tahun 2013, Bapak Darmono memimpin Desa Kecepak selama periode 7 tahun. Keadaan Desa Kecepak kini menjadi semakin ramai dan sudah tidak terisolir lagi berkat hadirnya jembatan tersebut. Angkutan umum sudah bisa masuk ke dalam desa dan tingkat ekonomi masyarakat menjadi meningkat karena banyaknya pengunjung yang berasal dari desa lain. Setelah Bapak Darmono habis masa jabatannya, diadakan Pilkades kembali dan yang menjabat adalah Bapak Cokro Aminoto sampai Tahun 2019 dan untuk sekarang Kepala Desa Kecepak adalah Bapak Amat Asari.